Sabtu, 04 April 2009

Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I-2009

Tinjauan Umum

Terus memburuknya perekonomian global semakin dirasakan dampaknya pada perekonomian domestik selama triwulan I-2009. Hal tersebut mengakibatkan perekonomian Indonesia diperkirakan tumbuh lebih lambat dari perkiraan. Perlambatan tersebut selain disebabkan oleh kinerja ekspor yang turun, juga dikarenakan mulai melemahnya daya beli masyarakat. Meski demikian, berlangsungnya aktivitas ekonomi selama dilakukannya pesta demokrasi dalam rangka Pemilihan Umum, diperkirakan mampu menahan lebih jauh perlambatan ekonomi domestik. Ke depan, pada tahun 2009 perekonomian masih dihadapkan pada ketidakpastian pemulihan ekonomi global sehingga perekonomian Indonesia diperkirakan tumbuh lebih rendah dari yang diperkirakan pada awal tahun sebesar 4,0-5,0%. Dengan mempertimbangkan perkembangan dan prospek perekonomian tersebut, pada April 2009, Bank Indonesia kembali menurunkan BI rate sebesar 25 bps menjadi 7,5%. Penurunan BI Rate ini adalah kali kelima sejak Desember 2008. Secara akumulatif (Des 08-April 09), BI Rate telah turun sebesar 175 bps.... Selengkapnya


source: www.bi.go.id

Paul Krugman:Japan’s recovery

Opinion
By Paul Krugman

A quick note on Keiichiro Kobayashi’s post on Japan’s lessons for the crisis: I have considerable sympathy for his views. But when he says Only after Resona Bank had been temporarily placed under government control, the IRCJ had been established, and Japanese banks had embarked on an all-out effort to dispose of bad loans, did stock [...] more

Rabu, 01 April 2009

Inflasi dan perekonomian Indonesia

Inflasi dan perekonomian Indonesia sangat saling berkaitan. Apabila tingkat inflasi tinggi, sudah dipatikan akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, dimana akan melambatnya laju pertumbuhan ekonomi.

Indonesia  diumpamakan seperti penyakit endemis dan berakar di sejarah. Tingkat inflasi di Malaysia dan Thailand senantiasa lebih rendah. Inflasi di Indonesia tinggi sekali di zaman Presiden Soekarno, karena kebijakan fiskal dan moneter sama sekali tidak prudent (kalau perlu uang, cetak saja). Di zaman Soeharto, pemerintah berusaha menekan inflasi - akan tetapi tidak bisa di bawah 10 persen setahun rata-rata, antara lain oleh karena Bank Indonesia masih punya misi ganda, antara lain sebagai agent of development, yang bisa mengucurkan kredit likuiditas tanpa batas. Baru di zaman reformasi, mulai di zaman Presiden Habibie maka fungsi Bank Indonesia mengutamakan penjagaan nilai Inflasi. Tetapi karena sejarah dan karena inflationary expectations masyarakat (yang bertolak ke belakang, artinya bercermin kepada sejarah) maka inflasi intimasih lebih besar daripada 5 persen setahun



Perekonomian

Tanda-tanda perekonomian mulai mengalami penurunan adalah ditahun 1997 dimana pada masa itulah awal terjadinya krisis. Saat itu pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya berkisar pada level 4,7 persen, sangat rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang 7,8 persen. Kondisi keamanan yang belum kondusif akan sangat mempengaruhi iklim investasi di Indonesia. Mungkin hal itulah yang terus diperhatikan oleh pemerintah. Hal ini sangat berhubungan dengan aktivitas kegiatan ekonomi yang berdampak pada penerimaan negara serta pertumbuhan ekonominya. Adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan akan menjanjikan harapan bagi perbaikan kondisi ekonomi dimasa mendatang. Bagi Indonesia, dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi maka harapan meningkatnya pendapatan nasional (GNP), pendapatan persaingan kapita akan semakin meningkat, tingkat inflasi dapat ditekan, suku bunga akan berada pada tingkat wajar dan semakin bergairahnya modal bagi dalam negeri maupun luar negeri.

Namun semua itu bisa terwujud apabila kondisi keamanan dalam negeri benar-benar telah kondusif. Kebijakan pemerintah saat ini didalam pemberantasanterorisme, serta pemberantasan korupsi sangat turut membantu bagi pemulihan perekonomian. Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator makro ekonomi menggambarkan kinerja perekonomian suatu negara akan menjadi prioritas utama bila ingin menunjukkan kepada pihak lain bahwa aktivitas ekonomi sedang berlangsung dengan baik pada negaranya.


Source: www.Wikipedia.org

Selasa, 31 Maret 2009

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2009

Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2009 yang sebelumnya ditarget berkisar 4,5% ternyata sangat sulit dicapai. Hal ini terkait dengan pernyataan dari Lembaga Keuangan Internasional IMF yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dunia kembali mengalami penurunan tajam menjadi minus 0,5 persen sampai minus 1,5 persen dari sebelumnya 0,5-0 persen. Menteri Keuangan Sri Mulyani juga menyatakan bahwa "Secara nyata, dampak dari krisis pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin down, dan ini akibat faktor eksternal," (www.Kompas.com)

Adanya pernyataan baik dari Menteri Keuangan RI maupun Lemanga Keuangan International (IMF) mengindikasikan beratnya pencapaian target pertumbuhan ekonomi sebesar 4,5% pada tahun 2009. Sebenarnya banyak faktor yang mempengaruhi sulitnya pencapaian target pertumbhan ekonomi selain krisis Global yang berkepanjangan juga adanya spekulan-spekulan yang memanfaatkan kondisi seperti ini. Tapi sebagai bangsa Indonesia kita harus tetap optimis dan bekerja keras untuk kemajuan dan kesejahteraaan bangsa Indonesai. Optimis!

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Makin Down

Sri Mulyani (Menkeu RI)

JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani memastikan pertumbuhan ekonomi Indonesia terancam direvisi kembali atau berada di bawah dari target sebelumnya.

"Secara nyata, dampak dari krisis pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin down. Dan ini akibat faktor eksternal," kata Menkeu Sri Mulyani di Gedung Depkeu, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Senin (16/3/2009).

Namun sayangnya, dia belum mau menyebutkan angkanya, dengan pertimbangan masih ada harapan jika ekonomi Indonesia masih bisa bertahan dari target revisi yang nantinya akan ditetapkan.

Hal tersebut disampaikannya menyinggung tentang dampak bagi Indonesia terhadap prediksi lembaga IMF yang menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi dunia kembali mengalami penurunan tajam menjadi minus 0,5 persen sampai minus satu persen dari sebelumnya 0,5-0 persen.

source: www.okezone.com

Senin, 30 Maret 2009

SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA

Sejarah menguraikan rangkaian-rangkaian peristiwa dari waktu ke waktu, sehingga tergambar dengan jelas perubahan-perubahan yang terjadi dalam satu kurun waktu. Perubahan-perubahan tersebut bisa melaihrkan keadaan sekarang lebih baik ataupun lebih buruk dari keadaan masa lalu. Apakah setelah sekian tahun dilakukan pembangunan ekonomi, keadaan ekonomi sekarang lebih maju atau lebih mundur. Hal ini perlu kita nilai berdasarkan tolok ukur atau kriteria kemajuan ekonomi. Sejarah menguraikan rangkaian-rangkaian peristiwa dari waktu ke waktu, sehingga tergambar dengan jelas perubahan-perubahan yang terjadi dalam satu kurun waktu. Perubahan-perubahan tersebut bisa melaihrkan keadaan sekarang lebih baik ataupun lebih buruk dari keadaan masa lalu. Apakah setelah sekian tahun dilakukan pembangunan ekonomi, keadaan ekonomi sekarang lebih maju atau lebih mundur. Hal ini perlu kita nilai berdasarkan tolok ukur atau kriteria kemajuan ekonomi.

Materi Pembahaan
A. Periode Kolonial :
B. Periode Kemerdekaan :
(1) Demokrasi Liberal (1945 – 1959)
(2) Ekonomi Terpimpin (1959 – 1966)
(3) Ekonomi Pancasila (1966 – 1998):
a) Masa stabilisasi dan rehabilitasi (1966 – 1968)
b) Masa pembangunan ekonomi (1969 – sekarang )
(4) Krisis Ekonomi Tahun 1997
(5) Setelah Krisis Ekonomi (Pemerintahan reformasi)

Download Materi Lengkap

PENGARUH KONSUMSI RUMAH TANGGA, INVESTASI, DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

THE EFFECT OF HOUSEHOLD CONSUMPTION, INVESTMENT AND
GOVERNMENT EXPENDITURE TO GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT
GRDP) IN BALI PROVINCE

Ni Nyoman Yuliarmi
Jurusan Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana, Denpasar


The target of the development, especially field of economic is to create economical growth. The economic grows if the economic grows continuously without even one year decreases. The performance of an area can be seen from investment capability to create the growth of Gross Regional Domestic Product (GRDP). GRDP and Regional Revenue constitute an indicator used to know the economic condition of an area. GRDP is an added values produced by all business unit in an area in certain period of time. GRDP calculation, seen from expense point of view, distinguishes expenditures into four components, namely, household consumption, government expenditures, capital formation in private sector (investment) and net export, therefore change of GRDP will be affected very much by those components in addition to other factors. The growth of GRDP from 1994 – 2005 was very fluctuated, however the growth was still positive. From the growth point of view, household expenditure, investment, as well as government expenditure also fluctuated but remained on positive growth condition. The researched is aimed to know the effect, either simultaneously as well as partially, to household expenditure, investment and government expenditure to GRDP of Bali Province in the year 1994 – 2005. The technique of analysis applied double linear regression. To know simultaneous and partial effect, it is applied F - test and T-test.

The result of research concludes that: 1) Household consumption, investment and government expenditures simultaneously have significant effect to GRDP of Bali Province from 1994 – 2005. 2) Household consumption partially have significant effect to GRDP of Bali Province from 1994 – 2005, while investment and government expenditure have no significant effect to GRDP of Bali Province from 1994 – 2005. Based on the above conclusion, it is recommended that the development of investment needs improving by remedying security and convenience condition as well as supporting better law enforcement, so that investors have not feeling of worry to invest their capital. More attention is given work opportunity to as well as providing work fields, educating and providing skill for workers so that they are capable to compete in gaining jobs.

Key words: household consumption, investment, government expenditure

Download Artikel Lengkap

Langkah BI dalam Hadapi COVID-19

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, pada Kamis (9/4) menyampaikan  4 (empat)  hal terkait perkembangan terkini dan kebijakan  yang dite...