Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan

Senin, 13 April 2020

Langkah BI dalam Hadapi COVID-19

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, pada Kamis (9/4) menyampaikan 4 (empat) hal terkait perkembangan terkini dan kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dalam mencermati kondisi perekonomian akibat dampak OCVID-19, sebagai berikut :
1.    Nilai tukar Rupiah bergerak stabil dan cenderung menguat kearah Rp15.000 di akhir tahun.
Pada pagi ini (9/4) Rupiah dibuka pada level Rp16.200 per dolar AS, dan data terakhir sore ini saat media briefing ditransaksikan pada level Rp15.930 per dolar AS. Nilai tukar Rupiah menguat sesuai dengan mekanisme pasar yang dinamis, sehingga tidak terlepas dari peran pelaku pasar dan eksportir yang ikut menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah. Penguatan tersebut mengurangi kebutuhan Bank Indonesia untuk melakukan stabilisasi nilai tukar.  
2.    Cadangan devisa diprakirakan akan meningkat.
Cadangan devisa diprakirakan akan meningkat menjadi sekitar 125 miliar dolar AS dari sebelumnya sebesar 121 miliar dolar AS pada akhir Maret 2020. Hal tersebut dikarenakan penerbitan  global bond  senilai 4,3 miliar dolar AS oleh PemerintahJumlah cadangan devisa lebih dari cukup untuk pembiayaan impor, pembayaran utang luar negeri pemerintah, dan untuk melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar rupiah.
3.    Kerja sama repurchase agreement line (repo line) dengan Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) senilai USD60 miliar telah siap untuk  sewaktu-waktu digunakan.
Kerja sama dimaksud telah siap secara administrasi dan teknis untuk  digunakan sewaktu-waktu  menambah kebutuhan likuiditas dolar AS, meskipun tidak akan menambah cadangan devisa. Hal ini menunjukan tingkat kepercayaan Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) kepada Indonesia dalam mengelola ekonomi dan prospek ekonomi Indonesia ke depan.
4.    Perkembangan harga-harga di pasar terkendali dan rendah.
Berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan 46 Kantor Perwakilan Bank Indonesia di daerah, menunjukan bahwa harga-harga di pasar terkendali dan rendah. Pemantauan harga pada minggu kedua April 2020 menunjukkan inflasi akan berada di sekitar 0,20% (mtm) atau 2,80% (yoy). 
Baca selengkapnya DISINII

Prospek Ekonomi Indonesia dalam Pandemi Covid-19

Pandemi COVID-19 telah memaksa negara di seluruh dunia merombak target pertumbuhan ekonominya termasuk Negara Repulik Indonesia. Berbagai kebijakan telah ditempuh untuk meredam dampak COVID-19 terhadap prospek ekonomi ke depan. Covid-19 pertama kali muncul dan dikenali di kota wuhan cina dan terus menyebar ke seluruh Dunia termasuk di Indonesia. Sampai saat di Indonesia pada tanggal 6 April 2020 ada sebanyak 2.491 terkonfirmasi positif, 2.090 dalam perawaran, 192 sembuh dan 209  atau 8,39 orang meninggal ttps://www.covid19.go.id). Beberapa lembaga internasional memproyeksikan pertumbuhan ekonoi Global dalam Pandemi COVID-19 akan negatif, seperti JP Morgan -1,1%, The Economicst Intelilgence unit -2,2% dan IMF menyatakan pertumbuhan Ekonoi negatif.....lanjut baca

Senin, 21 Maret 2016

Monograf: "Tingkat Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usaha Kecil"



 Indonesia memiliki 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km dan 70% dari luas Indonesia adalah lautan (Budiharsono, 2001), sehingga sebagian besar wilayah Indonesia terdiri dari pesisir. Sebanyak 9.261 desa dari 67.439 desa di Indonesia berada di wiliayah pesisir (BPS, 2000). Hampir seluruh wilayah perairan dangkal sekitar pantai di Indonesia menjadi andalan sumber kehidupan bagi nelayan tradisional sebagai wilayah penangkapan ikan dan udang. Pesisir merupakan daerah yang memiliki potensi kelautan yang besar, namun masyarakat pesisir yang sebagian bermata pencaharian sebagai nelayan masih identik dengan masalah kemiskinan yang sampai saat ini masih menjadi fenomena klasik pesisir, karena tingkat sosial ekonomi dan kesejahteraan hidup yang rendah (Kusnadi, 2003). Oleh karena itu, upaya-upaya untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan menjadi wacana yang penting dalam pengembangan wilayah pesisir. Perhatian terhadap kawasan pesisir tidak hanya didasari oleh pertimbangan pemikiran bahwa kawasan itu tidak hanya menyimpan potensi sumber daya alam yang cukup besar, tetapi juga potensi sosial masyarakat yang akan mengelola sumberdaya alam tersebut secara berkelanjutan. Potensi sosial masyarakat ini sangat penting karena sebagian besar penduduk yang bermukim di pesisir dan hidup dari pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan tergolong miskin. Kebijakan pembangunan di bdang perikanan dan kelautan (revolusi biru) selama ini belum mampu meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat pesisir (Kusnadi, 2006). Salah satu potensi ekonomi di wilayah pesisir adalah usaha pengolahan ikan yang selama ini menjadi sumber utama sebagian besar masyarakat selain sebagai nelayan tangkap. Usaha pengolahan ikan ini dapat menyerap tenaga kerja cukup besar sehingga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat pesisir. Dengan mengetahui tingkat efisiensi produksi dan pendapatan dalam usaha pengolahan ikan asin diharapkan pelaku usaha ikan asin skala kecil dapat lebih mencermati dalam penggunaan input produksi sesuai dengan kebutuhan sehingga diharapkan dapat meningkatkan efisiensinya dan keuntungan bagi pelaku usaha. Oleh karena itu diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah pesisir dimana Negara Indonesia memiliki potensi perikanan yang sangat besar. Salah satu cara memanfaatkan potensi kelautan adalah dengan usaha pengolahan ikan yaitu pengolahan ikan.



Berdasarkan hasil analisis data yang telah diperoleh dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.   Hasil analisis efisiensi teknis (ET) dapat diketahui bahwa nilai rata-rata Efisiensi Teknis pengolah ikan asin skala kecil  sebesar 0,7339 masih di bawah nilai 1, yang berarti  pelaku usaha pengolahan ikan asin di Kota Pekalongan belum seluruhnya melakukan kegiatannya secara efisien sehingga masih dimungkinkan untuk ditingkatkan.
2.   Dari lima variabel bebas yang dianalisis dalam penelitian ini ada empat variabel yaitu Bahan baku, Tenaga kerja, Peralatan dan luas usaha berpengaruh signifikan terhadap efisiensi produksi pengolahan ikan asin di Kota Pekalongan. Sedangkan variabel bahan penolong tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi pengolahan ikan asin di Kota Pekalongan. Hal ini dikarena sebagian besar pengolah ikan asin skala kecil di Kota Pekalongan tidak terlalu banyak menggunakan bahan penolong, hanya garam yang digunakan sebagai bahan tambahan pada pengolahan ikan asin skala kecil di Kota Pekalongan.
3.   Usaha Pengolahan ikan asin skala kecil di Kota Pekalongan masih cukup menguntungkan, seperti ditunjukkan oleh nilai R/C rasio sebesar 1,37 yang menunjukkan bahwa besarnya penerimaan pelaku usaha pengolahan ikan skala kecil masih lebih besar dibandingkan dengan biaya-biaya yang harus dikeluarkan dalam menjalan usaha.


sumber: Monograf


Jumat, 07 Agustus 2009

MANGROVE MANAGEMENT

MANGROVE MANAGEMENT AS COASTAL AREA PROTECTOR WITH CO-MANAGEMENT AND ANALYSIS HIERARCY PROCES (AHP) APPROACH

IN PEMALANG REGENCY, CENTRAL JAVA - INDONESIA



Himawan Arif Sutanto1) dan Indah Susilowati2)

1)STIE Bank BPD Jateng, Semarang, Email: himawanmiesp@gmail.com

2)FE UNDIP Semarang, Email: indah-susilowati@ro cketmail.com

ABSTRACT

Mangrove as a component of coastal ecosystems that role is quite important, both in maintaining productivity in coastal waters and in maximizing the life of the population in the region. This research is aim to analyse mangrove management in Pemalang regency as the coastal area protector and priority that need to be implemented in good management. The quota sampling used to obtained the number of samples in this research. There are 132 people has participated as the responders consisted of 100 head of household and 32 key-persons. Co-management approach has been applied to determine the sharing of responsibility in mangrove management and Analysis Hierarchy Process (AHP) applied to determine priority in good management of mangrove.

The results of this study indicated that most of people living at coastal area in Pemalang regency is a fishpond farmer which can affect in decreasing environmental in coastal area if it is not managed in correct. The community involvement of mangrove management still less although has been formed care coastal area group but still relying on project from the Government either National and Local. Execution prospect of co-management in mangrove management of Pemalang regency is fairly good. It is indicated by the existence of fisher groups and the existence support from government and by international NGO such as OISCA (Japan) and Wet Land (Dutch).

There are three main priorities of mangrove management that need to be applied; (1) mangrove replanting to rehabilitate function of mangrove properly; (2) extends mangrove coverage, especially in the coastal area; (3) increase community economics can do activity expansion of fish conducting with conservation effort of mangrove or Silvofishery

Keyword: Co-management, Analysis Hierarchy Process, AHP, Mangrove, Pemalang, Coastal Area, Indonesia

Langkah BI dalam Hadapi COVID-19

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, pada Kamis (9/4) menyampaikan  4 (empat)  hal terkait perkembangan terkini dan kebijakan  yang dite...