Indonesia memiliki 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km dan 70% dari luas Indonesia adalah lautan (Budiharsono, 2001), sehingga sebagian besar wilayah Indonesia terdiri dari pesisir. Sebanyak 9.261 desa dari 67.439 desa di Indonesia berada di wiliayah pesisir (BPS, 2000). Hampir seluruh wilayah perairan dangkal sekitar pantai di Indonesia menjadi andalan sumber kehidupan bagi nelayan tradisional sebagai wilayah penangkapan ikan dan udang. Pesisir merupakan daerah yang memiliki potensi kelautan yang besar, namun masyarakat pesisir yang sebagian bermata pencaharian sebagai nelayan masih identik dengan masalah kemiskinan yang sampai saat ini masih menjadi fenomena klasik pesisir, karena tingkat sosial ekonomi dan kesejahteraan hidup yang rendah (Kusnadi, 2003). Oleh karena itu, upaya-upaya untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan menjadi wacana yang penting dalam pengembangan wilayah pesisir. Perhatian terhadap kawasan pesisir tidak hanya didasari oleh pertimbangan pemikiran bahwa kawasan itu tidak hanya menyimpan potensi sumber daya alam yang cukup besar, tetapi juga potensi sosial masyarakat yang akan mengelola sumberdaya alam tersebut secara berkelanjutan. Potensi sosial masyarakat ini sangat penting karena sebagian besar penduduk yang bermukim di pesisir dan hidup dari pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan tergolong miskin. Kebijakan pembangunan di bdang perikanan dan kelautan (revolusi biru) selama ini belum mampu meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat pesisir (Kusnadi, 2006). Salah satu potensi ekonomi di wilayah pesisir adalah usaha pengolahan ikan yang selama ini menjadi sumber utama sebagian besar masyarakat selain sebagai nelayan tangkap. Usaha pengolahan ikan ini dapat menyerap tenaga kerja cukup besar sehingga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat pesisir. Dengan mengetahui tingkat efisiensi produksi dan pendapatan dalam usaha pengolahan ikan asin diharapkan pelaku usaha ikan asin skala kecil dapat lebih mencermati dalam penggunaan input produksi sesuai dengan kebutuhan sehingga diharapkan dapat meningkatkan efisiensinya dan keuntungan bagi pelaku usaha. Oleh karena itu diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah pesisir dimana Negara Indonesia memiliki potensi perikanan yang sangat besar. Salah satu cara memanfaatkan potensi kelautan adalah dengan usaha pengolahan ikan yaitu pengolahan ikan.
Berdasarkan hasil analisis
data yang telah diperoleh dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Hasil
analisis efisiensi teknis (ET) dapat diketahui bahwa nilai rata-rata Efisiensi
Teknis pengolah ikan asin skala kecil
sebesar 0,7339
masih di bawah nilai 1, yang berarti pelaku usaha pengolahan ikan asin di Kota Pekalongan belum seluruhnya melakukan kegiatannya secara
efisien sehingga masih dimungkinkan untuk ditingkatkan.
2. Dari
lima variabel bebas yang dianalisis dalam penelitian ini ada empat variabel yaitu Bahan baku, Tenaga kerja, Peralatan dan luas usaha
berpengaruh signifikan terhadap efisiensi produksi pengolahan ikan asin di Kota
Pekalongan. Sedangkan variabel bahan penolong tidak berpengaruh signifikan
terhadap produksi pengolahan ikan asin di Kota Pekalongan. Hal ini dikarena
sebagian besar pengolah ikan asin skala kecil di Kota Pekalongan tidak terlalu
banyak menggunakan bahan penolong, hanya garam yang digunakan sebagai bahan
tambahan pada pengolahan ikan asin skala kecil di Kota Pekalongan.
3. Usaha
Pengolahan ikan asin skala kecil di Kota Pekalongan masih cukup menguntungkan,
seperti ditunjukkan oleh nilai R/C rasio sebesar 1,37 yang menunjukkan bahwa
besarnya penerimaan pelaku usaha pengolahan ikan skala kecil masih lebih besar
dibandingkan dengan biaya-biaya yang harus dikeluarkan dalam menjalan usaha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar