Senin, 04 Mei 2009

GLOBALISASI DAN PEMBERDAYAAN

Pengertian Globalisasi

Globalisasi Þ dunia tanpa batas (borderless), ada kebebasan untuk lintas batas untuk berbagai macam aktivitas manusia. Dalam konteks ekonomi, globalisasi dikaitkan dengan proses internasionalisasi produksi, perdagangan, dan pasar uang. Globalisasi dalam pengertian ini merupakan suatu proses yang berada di luar jangkauan kontrol pemerintah, karena proses tersebut terutama digerakkan oleh kekuatan pasar global dan bukannya oleh sebuah pemerintahan secara individu (Kohr, 2003: 1) Kebebasan lalu lintas barang dan jasa dari satu negara ke negara lain. Jadi: “Hambatan” yang bisa mengganggu lalu lintas ekonomi antarnegara harus dihilangkan atau secara bertahap dikurangi.


Salah satu upaya strategis dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memperkuat dasar kehidupan perekonomian dari sebagian terbesar rakyat Indonesia adalah melalui pember-dayaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).


Download File Lengkap

Selasa, 21 April 2009

KESENJANGAN DAN KEMISKINAN

Besarnya kemiskinan dapat diukur dengan atau tanpa mengacu pada garis kemiskinan (poverty line). Konsep yang mengacu pada garis kemiskinan disebut kemiskinan relatif, sedangkan yang tidak mengacu di sebut kemiskinan absolute.

Kemiskinan Relatif adalah suatu ukuran mengenai kesenjangan di dalam distribusipendapatan. Di negara maju kemiskinan diukur sebagai proporsi dari tingkat pendapatan ratarata.

Kemiskinan absolut adalah derajat kemiskinan di bawah kebutuhan minimum untuk bertahan hidup tidak dapat terpenuhi (papan, sandang, pangan)

DOWNLOAD BAHAN KULIAH

DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

Himawan Arif Sutanto

Data Envelopment Analysisis (DEA) diperkenalkan oleh Charnes, Cooper dan Rhodes (1978). Metode DEA dibuat sebagai alat bantu untuk evaluasi kinerja suatu aktifitas dalam sebuah unit entitas (organisasi) (Hadinata dan Manurung, 2000). DEA merupakan suatu pendekatan non parametrik yang pada dasarnya merupakan teknik berbasis pemrograman linier. DEA bekerja dengan langkah mengidentifikasi unit-unit yang akan dievaluasi, input serta output unit tersebut. Kemudian selanjutnya, dihitung nilai produktivitas dan mengidentifikasi unit mana yang tidak menggunakan input secara efisien atau tidak menghasilkan output secara efektif. Produktivitas yang diukur bersifat komparatif atau relatif, karena hanya membandingkan antar unit pengukuran dari 1 set data yang sama. DEA adalah model analisis faktor produksi untuk mengukur tingkat efisiensi relatif dari set unit kegiatan ekonomi (UKE). Skor efisiensi dari banyak faktor input dan output dirumuskan sebagai berikut (Talluri, 2000);

                           Jumlah output tertimbang

Efficiency =-------------------------------                                             

                       Jumlah input tertimbang


Keunggulan dan kelemahan metode DEA adalah (Purwantoro, 2004) :

(a)    Keunggulan DEA

-     Dapat menangani banyak input dan ouput

-     Tidak perlu asumsi hubungan fungsional antara variabel input dan output

-     UKE (Unit Pengambil Keputusan) dibandingkan secara langsung dengan sesamanya

-     Input dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda. Sebagai contoh X1 dapat dalam unit dan X2 dapat dalam dollar tanpa apriori keduanya.

(b)    Keterbatasan DEA:

-     Bersifat simpel spesifik

-     Merupakan extreme point technique, kesalahan pengukuran dapat berakibat fatal

-     DEA sangat bagus untuk estimasi efisiensi realtif  UKE (unit kegiatan ekonomi) tetapi sangat lambat untuk mengukur efisiensi absolut dengan kata lain bisa membandingkan sesama UKE tetapi bukan membandingkan maksimisasi secara teori.

-     Uji hipotesis secara statistik atas hasil DEA sulit dilakukan

-     Menggunakan perumusan linier programming terpisah untuk tiap UKE (perhitungan secara manual sulit dilakukan apalagi untuk masalah berskala besar)

-     Bobot dan input yang dihasilkan oleh DEA tidak dapat ditafsirkan dalam nilai ekonomi.

SELENGKAPNYA.....

Shoftware Untuk Menghitung DEA

1. Banxia Frontier Anlysis (BFA) Download  or  Download Freedemo BFA

2. DEAWIN Download 

3. DEAP 2.1 Download


Aplikasi DEA

1. Efisiensi Saham Download

2. Mengukur Kinerja Bank dengan DEA Download

3. Efisiensi Pialang Berjangka Download

4. Pemilihan Supplier dengan DEA Download

5. Efisiensi Industri Gula Download

6. Kinerja Asuransi Pemerintah Download

7. Efisiensi Bank UMUM Download

8. Efisiensi Cabang Bank Download

9. Efisiensi Pendidikan Tinggi Download

10. Pemilihan Printer Download


Sabtu, 18 April 2009

Fiskal vs Moneter Kebijakan Mana Yang Lebih Effektif ?

Oleh: Joko Tri Haryanto 

Pemerintah baru saja mengumumkan rencana perubahan defisit APBN 2009 dari 1,0% terhadap PDB menjadi 2,5% terhadap PDB. Pada kesempatan yang sama Pemerintah juga menjelaskan perubahan defisit tersebut dikarenakan perubahan sejumlah asumsi makro dalam perhitungan APBN 2009 terkait dengan dampak krisis keuangan global. Perubahan sejumlah asumsi makro yang dimaksud antara lain penurunan target pertumbuhan ekonomi dari 6% menjadi 5%, penurunan harga minyak mentah Indoensia (ICP) dari 80 dollar AS per barrel menjadi 45 dollar AS per barrel. Sementara asumsi lifting minyak 960.000 barrel per hari, inflasi sebesar 6,2% dan suku bunga SBI 3 bulan sebesar 7,5%. Rencananya perubahan APBN 2009 tersebut akan kembali dibahas dengan DPR pada akhir bulan Januari 2009.

source:www.fiskal.depkeu.go.id


WACANA MENGENAI ASURANSI SYARIAH

by Joko Tri Haryanto

Masih segar dalam ingatan kita tentang peristiwa yang menimpa dunia asuransi Indonesia dimana banyak perusahaan asuransi yang digugat pailit oleh nasabah. Prudential Life merupakan contoh paling baru dimana industri yang berlandaskan kepercayaan ini masih bersifat rentan goncangan, setelah sebelumnya peristiwa yang hampir sama menimpa Manulife Indonesia. Banyaknya peristiwa tersebut seakan menyadarkan kita untuk kembali mengkaji ulang apakah master plan asuransi Indonesia sudah berjalan sebagaimana mestinya. Jika ditengok ulang perkembangan bisnis asuransi di Indonesia sebenarnya sedikit menunjukkan hal yang cukup menggembirakan dimulai sekitar tahun 2000. Hal tersebut ditandai dengan makin kompleksnya perkembangan industri asuransi umum di Indonesia.

Banyak indikator yang mendukung fenomena tersebut antara lain : pertama, jumlah perusahaan asuransi semakin banyak. Dari tahun ke tahun, semakin banyak pendirian perusahaan asuransi baru, baik swasta nasional maupun perusahaan patungan. Sampai dengan akhir Desember 1999, telah mencapai 109 perusahaan asuransi umum, dan kemungkinan masih akan bertambah lagi dengan adanya permohonan pendirian perusahaan asuransi umum kepada Departemen Keuangan. Disamping itu ada tendensi semakin banyaknya perusahaan, baik yang baru maupun yang sudah beroperasi, yang berafiliasi pada kelompok-kelompok usaha yang besar. Jumlah perusahaan asuransi yang semakin banyak ini tidak diimbangi jumlah tenaga profesional asuransi yang memadai, sehingga tingkat profesionalisme menjadi rendah. Hal ini menyebabkan terjadinya persaingan yang semakin ketat dan munculnya praktik-praktik tidak terpuji di pasar asuransi. kedua, peranan pialang (broker) asuransi semakin aktif. Semakin aktif serta besarnya peranan pialang asuransi yang kadang-kadang juga berperan sebagai pialang reasuransi, menyebabkan terjadinya persaingan suku premi yang makin tajam dalam berbagai jenis asuransi, baik secara terbuka maupun terselubung. ketiga, perusahaan asuransi banyak yang berperan sebagai fronting company. Terdapat kecenderungan semakin banyaknya perusahaan asuransi umum yang bertindak sebagai fronting company untuk bisnis asuransi yang berorientasi pada perusahaan multinasional. Hal ini terutama dilakukan oleh pialang asuransi patungan atau perusahaan asuransi patungan. keempat, perubahan pasar reasuransi internasional. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam pasar reasuransi internasional telah memberikan pengaruh pada suku premi berbagai jenis pertanggungan. Yang banyak memberikan pengaruh adalah pasar reasuransi utama seperti di Eropa dan Singapura. Kelima, "pasar asuransi bebas" (free market) yang terbatas. Tendensi semakin banyaknya perusahaan asuransi maupun perusahaan reasuransi luar negeri untuk beroperasi dalam bisnis perasuransian di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung, menyebabkan pasar asuransi semakin kompetitif.

DOWNLOAD ARTIKEL LENGKAP

Kamis, 16 April 2009

MACROECONOMIC ASSUMPTIONS OF INDONESIA 2009

Macroeconomic Asumptions 2009
GDB (Trilion Rp) 5.487,6
Growth(%) 4.5
Inflation (%) 6.0
Exchange Rate ($/Rp) 11.000
SBI 3 bln (%) 7.50
Oil Price (US$/brl) 45.0
Oil Lifting (Jt.brl/hr) 0.960
Coal Prod.(Jt ton) 250
GasLifting (MMSCFD) 7.526,3
Source: APBN 2009

REVISED BUDGET 2008 AND BUDGET 2009 *)
(in billion of rupiah)

APBN 2009 (in Trilion)
Gov. Revenue 848.6
- Tax Revenue 661.8
- Non Tax Revenue 185.9
- Grant 0.9
Expenditure 988.1
- Cent.Gov. Expenditure 685.0
- Regional Expenditure 303.1
Financing 139.5
- Domestic 109.5
- International (14.5)
- Debt Financing Added 44.5

MORE DETAIL (in English) dalam Tabel Lengkap Bhs Indonesia KLIK di SINI

source: fiskal.depkeu.go.id

Perekonomian Minyak

Oleh : Makmun - 16 Maret 2009

Dalam tiga dekade, pembangunan ekonomi global dihadapkan pada tantangan yang besar sebagai akibat meningkatnya fluktuasi harga minyak. Fluktuasi harga minyak yang cukup tinggi secara nyata berimplikasi pada makroekonomi. Kondisi seperti ini menjadi tantangan bagi pemerintah untuk membuat kebijakan -- fiskal atau moneter (Kim dan Loughani, 1992; Taton, 1988; Mork, 1994; Hooker, 1996; Caruth, Hooker dan Oswald, 1996; Daniel, 1997; Hamilton, 1996, dan Cashin dkk. 2000). Beberapa temuan studi menunjukkan, naiknya harga minyak berimplikasi pada penurunan output dan peningkatan inflasi di 1970-an dan awal 1980-an. Sementara itu, turunnya harga minyak akan meningkatkan output dan menurunkan inflasi, terutama AS di pertengahan hingga akhir 1980-an.

Perubahan harga minyak akan berdampak pada sektor riil termasuk baik dari sisi supply and demand. Dari sisi supply, dampak ini terkait biaya produksi, di mana minyak merupakan input produksi. Peningkatan harga minyak mengakibatkan naiknya biaya produksi. Dari sisi demand, perubahan harga minyak akan berdampak pada konsumsi dan investasi. Konsumsi terpengaruh langsung melalui hubungan positif dengan disposable pendapatan. Naiknya harga minyak akan mengurangi kemampuan berbelanja konsumen. Investasi juga dapat terpengaruh, jika harga minyak turun, akan mendorong produsen untuk menggantikan mesin-mesinnya yang menggunakan bahan bakar sedikit ke penggunaan mesin-mesin yang lebih intensif dalam mengonsumsi energi. [MORE]

Langkah BI dalam Hadapi COVID-19

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, pada Kamis (9/4) menyampaikan  4 (empat)  hal terkait perkembangan terkini dan kebijakan  yang dite...