Selasa, 22 Maret 2016

EKONOMI INDONESIA TUMBUH MODERAT DI TAHUN 2016

Perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2015 yang lalu membuat berbagai lembaga nasional dan internasional beberapa kali melakukan revisi proyeksi pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Pada tahun 2016 Ekonomi Indonesia diproyeksikan tumbuh moderat sekitar di atas 5%. Berikut proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2016 dari berbagai Lembaga.


sumber:https://fakhrurrojihasan.wordpress.com
Pada September 2015, Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi 2016 berada pada kisaran 5,2% hingga 5,6%. Hal ini sejalan dengan rendahnya volume perdagangan dunia dan rendahnya harga komoditas. Prediksi ini merupakan revisi dari prediksi Bank Indonesia sebelumnya. Kendati merevisi prediksi pertumbuhan ekonomi, Bank Indonesia meyakini pertumbuhan ekonomi pada tahun depan memang relatif akan lebih baik dibandingkan tahun ini.

Otoritas Jasa Keuangan memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada kisaran 5,1% hingga 5,4%. Secara umum, OJK memprediksi tiga tantangan utama yang dihadapi ekonomi Indonesia pada 2016 nanti. Pertama, pemulihan ekonomi dibeberapa negara maju yang masih berjalan lambat khususnya pemulihan ekonomi Tiongkok yang sampai sekarang masih tidak pasti. Kedua, masih berlanjutnya pelemahan kinerja keuangan korporasi nasional disemester kedua 2015 akibat dampak pelambatan perekonomian global dan domestik. Ketiga, kenaikan Fed Funds Rate yang juga masih tak pasti. Prediksi ini diterbitkan pada November 2015.

Pemerintah Indonesia sendiri memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 6%. Hal ini disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli pada Desember 2015. Padahal pada Agustus 2015, Presiden Joko Widodo sendiri menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2016 sebesar 5,5 persen.

Bank Dunia memprediksi memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2016 akan mencapai 5,3%. Proyeksi ekonomi Indonesia tersebut disebabkan karena paket kebijakan yang dikeluarkan pemerintah mulai terasa atau menunjukan dampak positif di masyarakat pada 2016. Pertumbuhan ekonomi tahun depan dipengaruhi naiknya investasi pemerintah dan swasta. Konsumsi domestik juga mempengaruhi reborn. Ada juga paket kebijakan ekonomi yang fokus untuk mendorong investasi dan ekspor. Prediksi ini dikeluarkan pada bulan Oktober 2015.

International Monetary Fund memprediksikan pertumbuhan ekonomi pada kawasan ASEAN 5 berada pada kisaran 4,9% pada Oktober 2015 setelah sebelumnya memprediksi pertumbuhan ekonomi ASEAN 5 berada di kisaran 5,1% pada Juli 2015.

Asian Development Bank (ADB) melaporakan pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan naik kembali pada 2016. ADB merevisi proyeksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada 2016 menjadi 5,4%. Prediksi ini dikeluarkan pada September 2015.

Source: https://fakhrurrojihasan.wordpress.com



PROSPEK EKONOMI INDONESIA TAHUN 2016


Setelah mengalami perlambatan pertumbuhan selama 4 tahun, reformasi kebijakan untuk meningkatkan iklim investasi diperkirakan dapat mendorong pemulihan ekonomi tahun ini dan tahun depan. Reformasi subsidi bahan bakar telah membebaskan dana publik dalam jumlah signifikan untuk infrastruktur sosial dan fisik. Inflasi diperkirakan akan menurun ke tingkat yang lebih moderat selama periode prakiraan, dan defisit transaksi berjalan akan berkurang. Tantangan ke depan adalah untuk mempertahankan momentum reformasi, meningkatkan pendapatan pemerintah, dan membangun sektor manufaktur yang berorientasi ekspor.
 
Proyeksi untuk 2015 dan 2016 mengasumsikan bahwa momentum reformasi pemerintah baru dapat bertahan, dan pemerintah menindaklanjuti momentum tersebut dengan kebijakan untuk mempercepat pembangunan infrastruktur, memperbaiki iklim investasi, menurunkan biaya logistik, dan mendorong penyerapan anggaran. Atas dasar tersebut, pertumbuhan PDB diperkirakan akan membaik menjadi 5,5% di tahun ini, dan 6,0% di 2016. 

Sources: http://www.adb.org/id/indonesia/economy

Senin, 21 Maret 2016

Monograf: "Tingkat Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usaha Kecil"



 Indonesia memiliki 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km dan 70% dari luas Indonesia adalah lautan (Budiharsono, 2001), sehingga sebagian besar wilayah Indonesia terdiri dari pesisir. Sebanyak 9.261 desa dari 67.439 desa di Indonesia berada di wiliayah pesisir (BPS, 2000). Hampir seluruh wilayah perairan dangkal sekitar pantai di Indonesia menjadi andalan sumber kehidupan bagi nelayan tradisional sebagai wilayah penangkapan ikan dan udang. Pesisir merupakan daerah yang memiliki potensi kelautan yang besar, namun masyarakat pesisir yang sebagian bermata pencaharian sebagai nelayan masih identik dengan masalah kemiskinan yang sampai saat ini masih menjadi fenomena klasik pesisir, karena tingkat sosial ekonomi dan kesejahteraan hidup yang rendah (Kusnadi, 2003). Oleh karena itu, upaya-upaya untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan menjadi wacana yang penting dalam pengembangan wilayah pesisir. Perhatian terhadap kawasan pesisir tidak hanya didasari oleh pertimbangan pemikiran bahwa kawasan itu tidak hanya menyimpan potensi sumber daya alam yang cukup besar, tetapi juga potensi sosial masyarakat yang akan mengelola sumberdaya alam tersebut secara berkelanjutan. Potensi sosial masyarakat ini sangat penting karena sebagian besar penduduk yang bermukim di pesisir dan hidup dari pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan tergolong miskin. Kebijakan pembangunan di bdang perikanan dan kelautan (revolusi biru) selama ini belum mampu meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat pesisir (Kusnadi, 2006). Salah satu potensi ekonomi di wilayah pesisir adalah usaha pengolahan ikan yang selama ini menjadi sumber utama sebagian besar masyarakat selain sebagai nelayan tangkap. Usaha pengolahan ikan ini dapat menyerap tenaga kerja cukup besar sehingga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat pesisir. Dengan mengetahui tingkat efisiensi produksi dan pendapatan dalam usaha pengolahan ikan asin diharapkan pelaku usaha ikan asin skala kecil dapat lebih mencermati dalam penggunaan input produksi sesuai dengan kebutuhan sehingga diharapkan dapat meningkatkan efisiensinya dan keuntungan bagi pelaku usaha. Oleh karena itu diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah pesisir dimana Negara Indonesia memiliki potensi perikanan yang sangat besar. Salah satu cara memanfaatkan potensi kelautan adalah dengan usaha pengolahan ikan yaitu pengolahan ikan.



Berdasarkan hasil analisis data yang telah diperoleh dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.   Hasil analisis efisiensi teknis (ET) dapat diketahui bahwa nilai rata-rata Efisiensi Teknis pengolah ikan asin skala kecil  sebesar 0,7339 masih di bawah nilai 1, yang berarti  pelaku usaha pengolahan ikan asin di Kota Pekalongan belum seluruhnya melakukan kegiatannya secara efisien sehingga masih dimungkinkan untuk ditingkatkan.
2.   Dari lima variabel bebas yang dianalisis dalam penelitian ini ada empat variabel yaitu Bahan baku, Tenaga kerja, Peralatan dan luas usaha berpengaruh signifikan terhadap efisiensi produksi pengolahan ikan asin di Kota Pekalongan. Sedangkan variabel bahan penolong tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi pengolahan ikan asin di Kota Pekalongan. Hal ini dikarena sebagian besar pengolah ikan asin skala kecil di Kota Pekalongan tidak terlalu banyak menggunakan bahan penolong, hanya garam yang digunakan sebagai bahan tambahan pada pengolahan ikan asin skala kecil di Kota Pekalongan.
3.   Usaha Pengolahan ikan asin skala kecil di Kota Pekalongan masih cukup menguntungkan, seperti ditunjukkan oleh nilai R/C rasio sebesar 1,37 yang menunjukkan bahwa besarnya penerimaan pelaku usaha pengolahan ikan skala kecil masih lebih besar dibandingkan dengan biaya-biaya yang harus dikeluarkan dalam menjalan usaha.


sumber: Monograf


Langkah BI dalam Hadapi COVID-19

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, pada Kamis (9/4) menyampaikan  4 (empat)  hal terkait perkembangan terkini dan kebijakan  yang dite...